Katak yang digunakan dari spesies yang tidak dilindungi dan beracun.
TB News - Di tangan seorang desainer, apa
pun bisa disulap menjadi barang fesyen yang mewah. Seperti yang
dilakukan oleh desainer asal Polandia ini. Ia nekat mengubah ribuan
katak beracun menjadi berbagai barang fesyen yang cantik.
Katak
yang digunakan adalah katak tebu yang hidup di South Sea Island,
Australia. Spesies katak ini awalnya dibawa dari Amerika Selatan untuk
mengontrol perkembangbiakan kumbang sapi di Australia, beberapa dekade
lalu. Tapi, apa daya, misi itu gagal dan katak justru berkembang biak
pada tingkat yang tinggi.
Karena jumlahnya yang terlalu banyak, organisasi pertahanan hewan di Negeri Koala ini pun merekomendasikan bahwa spesies beracun ini harus dimusnahkan secara selektif. Melihat fenomena ini, desainer bernama Monika Jarosz, tertarik membuat aksesori dari spesies yang tidak dilindungi itu. Walau awalnya, ia sempat merasa jijik.
"Ini menjijikkan, tapi bisa jadi sesuatu yang menarik," ujarnya seperti dikutip News.com.au.
Tak mudah membuat aksesori fesyen dari spesies ini, karena ada lebih dari 14 tahapan yang harus dilakukan untuk mendapatkan kulit berkualitas tinggi dari katak. Namun, lewat bantuan seorang ahli kulit dari Australia, Monika sukses mengembangkan proses konversi katak menjadi berbagai macam aksesori fesyen yang mewah.
Pertama, ia harus melakukan proses pengawetan di Australia. Setelah itu, kulit disamak, dikeringkan, dan diwarnai di Prancis. Setelahnya, kulit katak diangkut ke sebuah konveksi di Paris untuk dipotong, dijahit, dan dihiasi dengan kristal swarovski serta batu semi-mulia. Aksesori ini pun dilapisi lagi dengan kulit domba atau kambing untuk memperkuat ketahanan kulit.
Setelah tiga tahun menekuni bidang ini, ia akhirnya memasarkan seluruh produknya dengan merek Kobja. Dari katak, Monika dapat menghadirkan berbagai benda fesyen. Mulai dari ikat pinggang, dompet, hingga tas. Pilihan warnanya pun beragam, mulai dari merah terang, hijau zamrud, fuchsia, serta hitam.
Untuk dompet, Monika menjualnya seharga US$300 hingga US$360 atau sekitar Rp3,5 juta hingga Rp4,2 juta. Sementara itu, untuk tas, Monika memberi harga sekitar US$1.600 atau sekitar Rp18 juta. Saat ini, koleksinya tersebut sudah dijual di toko-toko fesyen terbesar di Asia, Eropa, dan Amerika Serikat.
Karena jumlahnya yang terlalu banyak, organisasi pertahanan hewan di Negeri Koala ini pun merekomendasikan bahwa spesies beracun ini harus dimusnahkan secara selektif. Melihat fenomena ini, desainer bernama Monika Jarosz, tertarik membuat aksesori dari spesies yang tidak dilindungi itu. Walau awalnya, ia sempat merasa jijik.
"Ini menjijikkan, tapi bisa jadi sesuatu yang menarik," ujarnya seperti dikutip News.com.au.
Tak mudah membuat aksesori fesyen dari spesies ini, karena ada lebih dari 14 tahapan yang harus dilakukan untuk mendapatkan kulit berkualitas tinggi dari katak. Namun, lewat bantuan seorang ahli kulit dari Australia, Monika sukses mengembangkan proses konversi katak menjadi berbagai macam aksesori fesyen yang mewah.
Pertama, ia harus melakukan proses pengawetan di Australia. Setelah itu, kulit disamak, dikeringkan, dan diwarnai di Prancis. Setelahnya, kulit katak diangkut ke sebuah konveksi di Paris untuk dipotong, dijahit, dan dihiasi dengan kristal swarovski serta batu semi-mulia. Aksesori ini pun dilapisi lagi dengan kulit domba atau kambing untuk memperkuat ketahanan kulit.
Setelah tiga tahun menekuni bidang ini, ia akhirnya memasarkan seluruh produknya dengan merek Kobja. Dari katak, Monika dapat menghadirkan berbagai benda fesyen. Mulai dari ikat pinggang, dompet, hingga tas. Pilihan warnanya pun beragam, mulai dari merah terang, hijau zamrud, fuchsia, serta hitam.
Untuk dompet, Monika menjualnya seharga US$300 hingga US$360 atau sekitar Rp3,5 juta hingga Rp4,2 juta. Sementara itu, untuk tas, Monika memberi harga sekitar US$1.600 atau sekitar Rp18 juta. Saat ini, koleksinya tersebut sudah dijual di toko-toko fesyen terbesar di Asia, Eropa, dan Amerika Serikat.
0 komentar:
Posting Komentar