ilustrasi Aksi Sumpah Pemuda Sejumlah
pemuda-pemudi melakukan aksi pawai dalam rangka memperingati hari Sumpah
Pemuda di Solo, Jateng, Minggu (27/10). Dalam aksinya mereka mengajak
seluruh pemuda-pemudi untuk menggalang persatuan dan kesatuan Indonesia.
TB News - Menjelang peringatan Sumpah Pemuda yang ke-85 pada Senin
(28/10), Pemerintah dan lintas sektoral harus mempersiapkan secara
sistematis agar pemuda Indonesia mampu menghadapi era globalisasi.
Heru
Cokro, Presiden Junior Chamber International (JCI) Indonesia tahun
2014, mengemukakan hal tersebut lewat Forum Diskusi Pemuda di Jakarta,
Minggu (27/10).
Heru mengatakan, belum disiapkan pemuda di era globalisasi terlihat dari tidak adanya visi Indonesia yang spesifik untuk menghadapi globalisasi, termasuk artikulasi tentang globalisasi yang lebih memadai dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005--2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010--2014.
Akibatnya, kata Heru, peringkat Indonesia di Indeks Kesiapan Globalisasi (KOF), terus menurun dari peringkat 78 di tahun 2007, ke-86 di tahun 2010 dan ke-87 di tahun 2012.
"Indonesia perlu belajar dari kisah sukses China, yang sudah mempersiapkan kebijakan globalisasi secara komprehensif. Demikian pula dengan Korea, yang telah mengantisipasi globalisasi sedemikian rupa dari akhir tahun 80-an, sehingga saat ini mampu memanfaatkan potensi lokal untuk mewarnai globalisasi," katanya.
Menurut Heru, situasi saat ini, Indonesia masih harus tertatih menghadapi kompetisi global.
Dari segi produktivitas, banyak riset yang mensinyalir rendahnya produktivitas tenaga kerja Indonesia dibanding tenaga kerja Asing. Dari tingkat keahlian, Indonesia lebih banyak mengirim tenaga kerja dengan keahlian dasar atau kasar daripada tenaga kerja profesi.
"Tantangan ini semua harus segera dicari solusi dan rumusan kebijakannya, apalagi mengingat sebentar lagi Indonesia sudah harus menghadapi era perdagangan bebas ASEAN-China 2015," katanya.
Heru menambahkan, amat disayangkan bila antisipasi terhadap globalisasi tidak dilakukan segera, spesifik dan sistematis.
Apalagi mengingat potensi sumber daya alam Indonesia yang sedemikian besar, posisi geografis yang strategis, jumlah penduduk yang banyak dan populasi tenaga kerja usia produktif yang masif, memungkinkan Indonesia bukan saja mampu menghadapi globalisasi tapi muncul alternatif kekuatan global di Asia, selain China dan India.
"JCI sebagai organisasi Kepemudaan internasional terbesar di dunia dan merupakan satu-satunya organisasi mitra PBB di bidang Kepemudaan, siap bermitra dengan pemerintah untuk mempersiapkan pemuda Indonesia menjadi warga negara dunia dan aktor di tingkat global, selain siap menjadi motor untuk mendorong Indonesia menjadi salah satu kekuatan global di masa mendatang," ujarnya.
Heru mengatakan, belum disiapkan pemuda di era globalisasi terlihat dari tidak adanya visi Indonesia yang spesifik untuk menghadapi globalisasi, termasuk artikulasi tentang globalisasi yang lebih memadai dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005--2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010--2014.
Akibatnya, kata Heru, peringkat Indonesia di Indeks Kesiapan Globalisasi (KOF), terus menurun dari peringkat 78 di tahun 2007, ke-86 di tahun 2010 dan ke-87 di tahun 2012.
"Indonesia perlu belajar dari kisah sukses China, yang sudah mempersiapkan kebijakan globalisasi secara komprehensif. Demikian pula dengan Korea, yang telah mengantisipasi globalisasi sedemikian rupa dari akhir tahun 80-an, sehingga saat ini mampu memanfaatkan potensi lokal untuk mewarnai globalisasi," katanya.
Menurut Heru, situasi saat ini, Indonesia masih harus tertatih menghadapi kompetisi global.
Dari segi produktivitas, banyak riset yang mensinyalir rendahnya produktivitas tenaga kerja Indonesia dibanding tenaga kerja Asing. Dari tingkat keahlian, Indonesia lebih banyak mengirim tenaga kerja dengan keahlian dasar atau kasar daripada tenaga kerja profesi.
"Tantangan ini semua harus segera dicari solusi dan rumusan kebijakannya, apalagi mengingat sebentar lagi Indonesia sudah harus menghadapi era perdagangan bebas ASEAN-China 2015," katanya.
Heru menambahkan, amat disayangkan bila antisipasi terhadap globalisasi tidak dilakukan segera, spesifik dan sistematis.
Apalagi mengingat potensi sumber daya alam Indonesia yang sedemikian besar, posisi geografis yang strategis, jumlah penduduk yang banyak dan populasi tenaga kerja usia produktif yang masif, memungkinkan Indonesia bukan saja mampu menghadapi globalisasi tapi muncul alternatif kekuatan global di Asia, selain China dan India.
"JCI sebagai organisasi Kepemudaan internasional terbesar di dunia dan merupakan satu-satunya organisasi mitra PBB di bidang Kepemudaan, siap bermitra dengan pemerintah untuk mempersiapkan pemuda Indonesia menjadi warga negara dunia dan aktor di tingkat global, selain siap menjadi motor untuk mendorong Indonesia menjadi salah satu kekuatan global di masa mendatang," ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar