ilustrasi
TB News, Tak ada orang yang mau terus dipaksa mengingat
kenangan-kenangan buruk yang pernah ia alami, bahkan karena trauma,
banyak dari memori buruk itu yang berhasil 'terpendam' dalam pikiran dan
tak teringat lagi. Sekelompok peneliti dari MIT pun mengaku menemukan
gen yang membantu kita melupakan kenangan buruk.
Gen yang
dimaksud diduga memiliki peranan krusial dalam 'memory extinction
(proses penghilangan memori)' atau proses dimana memori lama digantikan
atau ditumpuk dengan memori-memori baru. Gen ini kemudian disebut dengan
Tet1.
Darimana mereka mendapatkannya? Peneliti membandingkan perilaku tikus-tikus yang mempunyai gen Tet1 dengan tikus-tikus yang gen Tet1-nya 'dimatikan'. Namun kedua kelompok tikus telah dilatih agar takut pada sebuah kandang khusus yang bisa mengeluarkan aliran listrik tiap kali mereka ditempatkan di dalamnya.
Kedua kelompok tikus ini pun sama-sama dapat mengaitkan kandang khusus itu dengan setruman listrik yang membuat mereka trauma. Hanya saja saat peneliti kembali menaruh tikus-tikus ini ke dalam kandang yang bisa nyetrum itu tanpa memancarkan aliran listrik, keduanya menunjukkan perilaku yang berbeda.
Tikus dengan gen Tet1 kehilangan rasa takut terhadap kandang, karena ingatan mereka tentang setruman tadi telah digantikan oleh informasi baru. Sedangkan tikus yang gen Tet1-nya dimatikan masih terlihat trauma dengan pengalaman kena setrum tadi.
"Dengan kata lain mereka tidak bisa melakukan proses belajar lagi dengan baik. Mereka semacam terpojok dan tak mampu menghilangkan memori lamanya," simpul salah satu peneliti Andrii Rudenko, dari Massachusetts Institute of Technology, AS seperti dilansir Huffingtonpost, Senin (23/9/2013).
Di sisi lain, dengan ditemukannya mekanisme untuk mengaktifkan gen Tet1 ini, peneliti pun berharap dapat menciptakan pengobatan baru untuk para pecandu maupun penderita post-traumatic stress disorder (PTSD).
"Kami menduga cara terbaik untuk meningkatkan aktivitas gen Tet1 ini bisa dituangkan dalam bentuk obat, atau salah satu jenis aktivator farmakologi. Namun aktivator seperti itu masih perlu kami identifikasi lagi," tutup Rudenko.
Darimana mereka mendapatkannya? Peneliti membandingkan perilaku tikus-tikus yang mempunyai gen Tet1 dengan tikus-tikus yang gen Tet1-nya 'dimatikan'. Namun kedua kelompok tikus telah dilatih agar takut pada sebuah kandang khusus yang bisa mengeluarkan aliran listrik tiap kali mereka ditempatkan di dalamnya.
Kedua kelompok tikus ini pun sama-sama dapat mengaitkan kandang khusus itu dengan setruman listrik yang membuat mereka trauma. Hanya saja saat peneliti kembali menaruh tikus-tikus ini ke dalam kandang yang bisa nyetrum itu tanpa memancarkan aliran listrik, keduanya menunjukkan perilaku yang berbeda.
Tikus dengan gen Tet1 kehilangan rasa takut terhadap kandang, karena ingatan mereka tentang setruman tadi telah digantikan oleh informasi baru. Sedangkan tikus yang gen Tet1-nya dimatikan masih terlihat trauma dengan pengalaman kena setrum tadi.
"Dengan kata lain mereka tidak bisa melakukan proses belajar lagi dengan baik. Mereka semacam terpojok dan tak mampu menghilangkan memori lamanya," simpul salah satu peneliti Andrii Rudenko, dari Massachusetts Institute of Technology, AS seperti dilansir Huffingtonpost, Senin (23/9/2013).
Di sisi lain, dengan ditemukannya mekanisme untuk mengaktifkan gen Tet1 ini, peneliti pun berharap dapat menciptakan pengobatan baru untuk para pecandu maupun penderita post-traumatic stress disorder (PTSD).
"Kami menduga cara terbaik untuk meningkatkan aktivitas gen Tet1 ini bisa dituangkan dalam bentuk obat, atau salah satu jenis aktivator farmakologi. Namun aktivator seperti itu masih perlu kami identifikasi lagi," tutup Rudenko.
0 komentar:
Posting Komentar