Belanja iklan di dunia digital terus melesat dari tahun ke tahun.
TB News - Bisnis
media digital kian mencorong. Penguna kian banyak. Perolehan iklan juga
kian bertumbuh. Sejumlah analis menyebutkan bahwa terjun ke bisnis ini
adalah pilihan yang menguntungkan. Perusahaan komunikasi global,
ZenithOptimedia, menghitung bahwa belanja iklan untuk media internet
tahun 2013 ini, akan melampaui yang diraih media cetak.
ZenithOptimedia
melakukan penelitian dan menghitung proyeksi itu beberapa waktu lalu.
Adalah praktisi komunikasi Indira Abidin, Manager Direktur Fortune PR,
yang mengirim hasil proyeksi itu dalam bentuk release kepada media
massa, Selasa 23 Juli 2013.
Menurut proyeksi lembaga
itu, secara umum belanja iklan dunia akan tumbuh 3,5 persen atau
mencapai US$505 miliar pada tahun 2013. Diperkirakan bahwa belanja iklan
akan terus tumbuh 5,1 persen tahun 2014 dan 5,8 persen pada tahun 2015.
Proyeksi jumlah belanja
iklan 2013 itu sebenarnya turun dibandingkan proyeksi awal yang mencapai
3,8 persen. Penurunan proyeksi disebabkan dua asalan, yaitu krisis
resesi zona Eropa yang masih berlanjut dan masalah keamanan di Korea
Selatan.
Krisis keuangan Eropa
menyebabkan belanja iklan turun. Di lima negara yakni Portugal, Italia,
Irlandia, Yunani dan Spanyol, belanja iklan itu turun 10,3 persen.
Selain krisis keuangan itu, krisis politik di Semenanjung Korea juga
turut menekan jumlah belanja iklan itu. "Kami berharap terjadi
stabilitas ekonomi pada 2014," kata Head of Forecasting ZenithOptimedia,
Jonathan Barnard.
Meski belanja iklan di
sejumlah wilayah - seperti zona Eropa, juga negara maju di Asia seperti
Korea Selatan dan Singapura – melemah, belanja iklan di sejumlah negara
justru melonjak. Lonjakan itu terjadi di negara-negara kawasan Amerika
Latin, Asia Tengah dan sejumlah negara yang disebut sebagai fast track
Asia. Negara-negara yang terhitung super cepat itu adalah China, India,
Indonesia, Malaysia, Pakistan, Filiphina, Taiwan, Thailand dan Vietnam.
Negara-negara fast track
Asia mengalami pertumbuhan belanja iklan paling tinggi yakni 10,6
persen, disusul oleh kelompok Eropa Timur dan Central Asia 10,3 persen,
lalu Amerika Latin 8,9 persen. Selanjutnya, kelompok negara Timur Tengah
3,5 persen, Amerika Utara 3,5 persen dan Jepang 2,4 persen.
Dan Amerika Serikat masih
menjadi penyumbang terbesar belanja iklan dunia. Pada periode
2012-2015, belanja iklan di negeri itu tumbuh 29 persen atau US$21,19
miliar. Setelah itu, diikuti oleh China yang berkontribusi 18 persen
(US$13,03 miliar), Argentina 7 persen (US$4,8 miliar).
Dan Indonesia 6 persen
atau sekitar US$3,2 miliar, Rusia 4 persen (US$3,2 miliar). Lima negara
inilah yang menyumbang 64 persen pengeluaran tambahan iklan dalam
rentang waktu 2012 hingga 2015.
Belanja iklan di internet lewati media cetak
Secara umum, dalam kurun
waktu 2012 hingga 2015, jumlah belanja iklan yang akan dipasang di media
internet melaju paling signifikan. Paling cepat. Pada 2013 ini
diperkirakan bahwa pertumbuhan belanja iklan di internet 16,1 persen dan
rata-rata tumbuh 15 persen sepanjang 2013-2015.
Lembaga pemeringkat
internasional itu menilai bahwa mengiklan di internet jauh lebih akurat,
karena dapat melacak kebiasaan para pengguna internet. Sementara para
pengiklan mengakui, media digital sangat efektif untuk membangun brand
merek dan mempengaruhi konsumen dalam pembelian produk.
Mobile advertising, iklan
internet yang dikirim ke smartphone dan tablet, diperkirakan akan
tumbuh lima kali lipat lebih cepat dibandingkan iklan internet melalui
desktop/laptop. "Kami memperkirakan iklan mobile akan tumbuh 67 persen
pada 2013, dan tumbuh rata-rata 51 persen pada 2012-2015," paparnya.
Lonjakan iklan mobile ini
didorong oleh meningkatnya penjualan smartphone dan tablet. Pengeluaran
global untuk iklan mobile mencapai US$8,6 miliar pada 2012 atau sekitar
9,8 persendari total belanja iklan internet dan 1,8 persen belanja
iklan semua media.
Pada 2015, diperkirakan
belanja iklan mobile mencapai US$29,4 miliar atau menjadi 21,9 persen
belanja iklan internet dan 6,1 persen total belanja iklan. "Sebaliknya,
kami memperkirakan iklan internet desktop hanya tumbuh 10 persen per
tahun," katanya.
Semenjak dimulai pada
pertengahan 1990an, belanja iklan di internet terus meningkat dan
menurunkan porsi media cetak. Sepanjang 2002-2012, porsi belanja iklan
di internet naik 15persen, sementara porsi iklan di surat kabar turun 12
persen dan majalan turun 5 persen.
"Kami memprediksi iklan
di internet akan meningkat dari 18,3 persen pada 2012 menjadi 24,3
persen pada 2015. Sementara iklan di surat kabar dan menyususut 2-3
persen per tahun. Angka ini hanya menghitung iklan di edisi cetak, tidak
di dalam situs web. Untuk iklan dalam edisi online termasuk dalam
kategori internet," paparnya.
Ia memprediksi, belanja
iklan di internet akan dapat menyalip koran untuk pertama kalinya pada
2013 dan kemudian akan melebihi gabungan total iklan surat kabar dan
majalah pada 2015. Sepanjang 2012-2015, diperkirakan belanja iklan di
internet tumbuh US$46,5 miliar sementara iklan di surat kabar hanya US$6
miliar dan majalah hanya US$3 miliar.
Sementara belanja iklan
untuk media televisi diperkirakan tumbuh stabil, dengan pertumbuhan
US$25,2 miliar sepanjang 2012-2015. Sementara pertumbuhan iklan paling
kecil adalah media bioskop yang hanya US$462 juta sepanjang 2012-2015.
"Sepanjang 2012-2015, kami memprediksi iklan di internet menguasai 68
persen pertumbuhan total pengeluaran iklan, lalu diikuti televisi yang
berkontribusi 36 persen," paparnya.
Indira Abidin menjelaskan
bahwa hasil penelitian ini akan menjadi rujukan berharga bagi para
praktisi komunikasi untuk memaksimalkan kampanye-kampanye komunikasi
produk. "Identifikasi dengan tepat target, sasaran kita, pahami
aspirasi, persepsi, sikap dan ekspektasi mereka, lalu rancang strategi
komunikasi yang bernilai tambah, memikat dan membangun kedekatan merek
dengan pelanggan," kata Indira.
Menurut riset-riset
terkini, lanjutnya, investasi digital, tidak bisa tidak, harus dikuasai,
digali dan dikembangkan. Sebab di masa-masa yang akan datang, media
inilah yang akan terus naik daun dan menjadi ‘nyawa’ bagi periklanan
dunia dan Indonesia.
© VIVA.co.id
0 komentar:
Posting Komentar