Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
TB News —
Maharani, mahasiswi salah satu universitas swasta di Jakarta yang sempat
ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi terkait kasus dugaan suap kuota
impor daging sapi yang melibatkan mantan Presiden Partai Keadilan
Sejahtera, akhirnya muncul ke publik. Di depan sorot kamera para juru
warta, Maharani meminta maaf.
"Rani minta maaf karena peristiwa
ini telah mengganggu psikologis ibu. Rani juga minta maaf pada kampus
karena sudah merusak nama baik kampus. Minta maaf juga pada seluruh
rakyat Indonesia, khususnya kaum perempuan," kata Maharani dalam
konferensi pers di salah satu hotel di Jakarta, Selasa (5/2/2013) malam.
Remaja 19 tahun tersebut hadir di hadapan media didampingi ayah dan
kuasa hukumnya.
Kuasa hukum Maharani, Wisnu Wardana, mengatakan,
kliennya tidak memiliki sangkut paut dengan kasus korupsi yang mendera
pucuk pimpinan partai berlambang bulan sabit kembar dan padi tersebut.
Menurutnya, Maharani menjadi korban karena berada di tempat dan waktu
yang salah.
Wisnu menjelaskan, terseretnya Maharani dalam kasus
ini bermula saat kliennya itu tengah jalan bersama kawan-kawannya di
sebuah kafe pusat perbelanjaan di Senayan, Jakarta Pusat, Senin
(28/1/2013) malam. Saat itu seorang pramuniaga kafe menghampiri Maharani
sambil membawa secarik kertas bertuliskan nomor telepon seseorang yang
belakangan diketahui bernama Ahmad Fathanah (AF).
"Saat itu, AF
sudah enggak ada di lokasi. Pelayan itu bilang buat Rani. Rani sendiri
enggak tahu yang namanya AF yang mana," ujar Wisnu. Menurut Wisnu,
karena keramahannya, Maharani lantas mengontak nomor telepon yang ada di
secarik kertas tersebut melalui pesan singkat.
Dalam komunikasi
itu Fathanah mengajak Maharani berkenalan dan bertemu di sebuah tempat
yang disepakati, yakni Hotel Le Meridien, pada keesokan harinya, Selasa
(29/1/2013) petang. Maharani setuju. Sesampainya di lobi hotel pada
Selasa petang, Fathanah mengajak Maharani makan malam di kafe hotel. Mereka berkenalan. Fathanah mengaku sebagai pengusaha.
Setelah
sekitar satu jam berbincang-bincang, Fathanah mengeluarkan uang sebesar
Rp 10 juta dan diberikan kepada Maharani. Menurut Wisnu, uang itu
disebut Fathanah sebagai uang perkenalan. Meski sempat ragu, Maharani
menerima uang itu.
"Rani enggak tahu jumlah uang itu berapa dan ia
juga sempat menanyakan apakah itu uang palsu atau bukan. Akhirnya
diterima," lanjut dia.
Menurut Wisnu, Maharani mengaku kepadanya
bahwa menerima uang dari Ahmad Fathanah merupakan kesalahan terbesar
dalam hidupnya. Terbukti, satu jam setelah pertemuan dengan Fathanah,
petugas KPK datang menyergap. Karena uang tersebut, nama Maharani
akhirnya terseret dalam kasus suap-menyuap terkait impor daging sapi
yang melibatkan pucuk pimpinan PKS tersebut.
Maharani berharap
publik dapat memaafkan dan mengerti keberadaannya dalam kasus itu.
Selanjutnya, ia ingin melanjutkan kehidupannya.
Skandal dugaan
suap kuota impor daging sapi terungkap setelah KPK menangkap Ahmad
Fathanah dan Maharani di Hotel Le Meredien pada Selasa malam. Dari
tangan Fathanah, KPK menyita uang tunai sejumlah Rp 1 miliar yang
disimpan dalam kantong plastik dan koper. Maharani juga kedapatan
menerima uang Rp 10 juta dari Fathanah. Maharani kemudian mengembalikan
uang itu.
Dalam pengembangan penyidikan kasus ini, KPK lalu
menetapkan empat tersangka, yaitu mantan Presiden PKS Lutfhi Hasan
Ishaaq, Ahmad Fathanah yang disebut-sebut sebagai teman dekat Luthfi,
Arya Abdi Effendi, dan Juard Effendi. Arya dan Juard adalah direktur PT
Indoguna, perusahaan yang berperan mengimpor daging sapi. Luthfi dan
Ahmad Fathanah diduga menerima suap terkait kebijakan impor sapi dari
dua direktur PT Indoguna tersebut.
kompas
0 komentar:
Posting Komentar