Para demonstran meneriakkan yel-yel antidewan militer di Lapangan Tahrir di Kairo, Rabu (20/6). KPU Mesir menunda pengumuman pemenang pemilu presiden putaran kedua Mesir. Penundaan ini menambah ketidakpastian politik di negara itu pascalengsernya Husni Mubarak.
TB Indonesia News – Komisi Pemilu (KPU) Mesir kemarin menunda pengumuman hasil pemilihan umum (pemilu) presiden yang sejatinya sudah harus diumumkan. Penundaan itu semakin memperpanjang ketegangan politik menyusul langkah militer untuk memperluas kekuasaannya dan kondisi kesehatan mantan diktator Husni Mubarak.
“Komisi Pemilu Mesir,yang dipimpin oleh Hakim Faruq Sultan memutuskan untuk menunda hasil pemilu presiden putaran kedua,” demikian laporan kantor berita MENA pada Rabu (20/6) malam waktu setempat. Sayangnya, komisi pemilu tidak memberikan tanggal kepastian kapan pengumuman bakal diumumkan.Pemilu presiden putaran kedua yang berlangsung 16 dan 17 Juni itu diikuti kandidat Ikhwanul Muslimin (IM) Mohamed Mursi melawan mantan perdana menteri (PM) terakhir di era Mubarak, Ahmad Shafiq.
Alasan penundaan pengumuman itu disebabkan komisi pemilu juga masih melihat banding yang diajukan para pengacara kandidat presiden yang melaporkan adanya pelanggaran kampanye dan pelanggaran pemilu.“Kami akan tetap akan melanjutkan pengkajian banding dan itu membutuhkan waktu hingga hasil akhir pemilu diumumkan,” demikian keterangan komisi pemilu.
Kuasa hukum Mursi,Omar Salama, mengajukan 150 protes kepada KPU untuk kecurangan dan kebohongan yang dilakukan Shafiq. Sementara, Shafiq mengajukan 221 protes atas tuduhan yang sama terhadap rivalnya. Di tengah proses hukum tersebut ribuan orang berunjuk rasa di Lapangan Tahrir,Kairo. Mereka berkumpul untuk memprotes tertundanya pengumuman tersebut.
Selain itu, rakyat Mesir mengecam Dewan Tinggi Angkatan Bersenjata (SCAF) yang membubarkan parlemen dan terus memainkan peranan dalam perpolitikan negara itu. IM telah mendeklarasikan bahwa kandidatnya, Mursi, berhasil meraih 52% pada pemilu presiden. Klaim itu didapatkan dari data yang dikumpulkan para sukarelawan mereka di setiap tempat pemungutan suara.
“Jika Shafiq diumumkan sebagai pemenang pemilu maka bakal terjadi konfrontasi antara rakyat dan militer,” ujar pemimpin senior IM,Mahmoud Ghozlan. Juru bicara kampanye Mursi telah menegaskan bahwa KPU tidak akan menyebut nama Shafiq sebagai pemenang. “Mereka khawatir jika keputusan itu justru bakal memperparah kondisi negara,”katanya dikutip Wall Street Journal. IM juga telah merilis 426 halaman sertifikat hasil pemilu dari 13.000 tempat pemungutan suara.
Data itu disebarkan melalui internet untuk menyebarkan opini bahwa Mursi merupakan pemenang pemilu presiden. Adapun, kubu Shafiq menanggapinya melalui penasihat kampanye Shafiq, Basel al-Baz, yang menegaskan bahwa kubunya tetap percaya diri bakal memenangkan pemilu.Tetapi, Kubu Shafiq tetap menerima hasil apa pun dari pengumuman akhir pemilu presiden itu.“Jika Shafiq jadi terpilih sebagai presiden, dia akan membentuk pemerintah inklusif yang beranggotakan menteri dari IM.
Selain itu,dia bakal menunjuk kubu Islam, Kristen, dan seorang perempuan sebagai wakil presidennya,” tutur Baz. Dalam perkembangan situasi yang lain di Mesir, Mubarak kini berada dalam kondisi kritis. Tetapi,tidak ada pernyataan resmi tentang kondisinya. Para analis cukup heran ketika Mubarak kehilangan kesadaran hanya dua hari setelah pemilu presiden digelar. “Itu seperti cerita Shakespeare,” kata Diaa Rashwan,analis di Lembaga Penelitian Pusat Al-Ahram, dikutip NewYork Times.“Bagi Mubarak, dirinya adalah keabadian. Dia tidak ingin mendengar nama siapa penggantinya.
Sindo |
0 komentar:
Posting Komentar