Gaya hidup buruk menghantarkannya di ambang kebangkrutan dan maut.
TB Indonesia News - Setan terbesar adalah diriku sendiri. Saya adalah kawan atau musuh terbaik diri saya sendiri. Kalimat itu disampaikan Whitney Elizabeth Houston ketika diwawancara wartawan ABC Diane Sawyer, 2002.
Itu pertama kalinya Houston mengakui gaya hidupnya yang buruk: mengonsumsi alkohol, ganja, kokain, dan obatan-obatan candu lainnya. Kecanduannya tidak terkontrol setelah membintangi film 'The Bodyguard' tahun 1992.
Namun, dalam wawancara itu, ia bersumpah telah meninggalkan semuanya. Diva pop yang memiliki jangkauan suara lima oktaf itu ingin meraih kembali masa jayanya. Mampu menjual 170 juta album dan single di seluruh dunia. Dan, tetap bertengger sebagai penyanyi wanita dengan penghargaan terbanyak sepanjang masa.
Keinginan peraih enam Grammy Awards kembali ke puncak tampaknya tak diiringi dengan komitmen kuat untuk "sembuh". Pelantun 'I Will Always Love You' itu kembali jatuh ke jurang kelam. Alkohol, rokok, dan obat-obatan terlarang kembali mengakrabi tubuhnya.
Pertengahan tahun lalu, dokter pribadinya telah memeringatkan agar segera mengubah gaya hidup jika tak ingin mengalami kematian yang buruk. Mantan istri Bobby Brown itu didiagnosis mengidap emfisema, kerusakan jaringan yang membuat paru-paru kehilangan elastisitas.
Hilangnya elastisitas itu membuat udara di dalam paru-paru tidak bisa keluar dan masuk dengan normal. Akibatnya, kantong udara akan membesar akibat penumpukan udara di dalamnya. Dalam kondisi ini, penderita biasanya memperlihatkan gejala sulit bernafas.
Gaya hidupnya yang buruk tak hanya menghancurkan karier, tapi juga mengantarnya di ambang kebangkrutan. Rumor yang berkembang, ia mendapatkan bantuan dari label rekamannya, Arista. Bantuan itu berupa pembayaran di awal untuk album berikutnya yang belum jelas kapan akan dirilis.
Houston diyakini sedang dalam kondisi perekonomian yang kritis saat kematiannya. "Dia mungkin akan kehilangan tempat tinggal jika tidak ada orang yang menyelamatkannya," kata seorang sumber, dikutip RadarOnline.
Perjalanan hidup Houston berakhir tragis. Sehari menjelang perhelatan insan musik dunia 'Grammy Award', ia menghembuskan napas terakhir. Tubuhnya ditemukan tak bernyawa di sebuah kamar hotel. Meski penyebab kematiannya belum jelas, namun spekulasi tak bisa lepas dari gaya hidupnya yang kian buruk.
Itu pertama kalinya Houston mengakui gaya hidupnya yang buruk: mengonsumsi alkohol, ganja, kokain, dan obatan-obatan candu lainnya. Kecanduannya tidak terkontrol setelah membintangi film 'The Bodyguard' tahun 1992.
Namun, dalam wawancara itu, ia bersumpah telah meninggalkan semuanya. Diva pop yang memiliki jangkauan suara lima oktaf itu ingin meraih kembali masa jayanya. Mampu menjual 170 juta album dan single di seluruh dunia. Dan, tetap bertengger sebagai penyanyi wanita dengan penghargaan terbanyak sepanjang masa.
Keinginan peraih enam Grammy Awards kembali ke puncak tampaknya tak diiringi dengan komitmen kuat untuk "sembuh". Pelantun 'I Will Always Love You' itu kembali jatuh ke jurang kelam. Alkohol, rokok, dan obat-obatan terlarang kembali mengakrabi tubuhnya.
Pertengahan tahun lalu, dokter pribadinya telah memeringatkan agar segera mengubah gaya hidup jika tak ingin mengalami kematian yang buruk. Mantan istri Bobby Brown itu didiagnosis mengidap emfisema, kerusakan jaringan yang membuat paru-paru kehilangan elastisitas.
Hilangnya elastisitas itu membuat udara di dalam paru-paru tidak bisa keluar dan masuk dengan normal. Akibatnya, kantong udara akan membesar akibat penumpukan udara di dalamnya. Dalam kondisi ini, penderita biasanya memperlihatkan gejala sulit bernafas.
Gaya hidupnya yang buruk tak hanya menghancurkan karier, tapi juga mengantarnya di ambang kebangkrutan. Rumor yang berkembang, ia mendapatkan bantuan dari label rekamannya, Arista. Bantuan itu berupa pembayaran di awal untuk album berikutnya yang belum jelas kapan akan dirilis.
Houston diyakini sedang dalam kondisi perekonomian yang kritis saat kematiannya. "Dia mungkin akan kehilangan tempat tinggal jika tidak ada orang yang menyelamatkannya," kata seorang sumber, dikutip RadarOnline.
Perjalanan hidup Houston berakhir tragis. Sehari menjelang perhelatan insan musik dunia 'Grammy Award', ia menghembuskan napas terakhir. Tubuhnya ditemukan tak bernyawa di sebuah kamar hotel. Meski penyebab kematiannya belum jelas, namun spekulasi tak bisa lepas dari gaya hidupnya yang kian buruk.
Sumber : VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar