Setiap tahunnya, ratusan wanita di Nepal mengalami penyiksaan akibat dituduh penyihir.
TB Indonesia News - Seorang wanita di desa Bagauda,
distrik Chitwan, Nepal, dibakar hidup-hidup setelah diduga sebagai
penyihir. Sepuluh pelaku, salah satunya anak-anak, saat ini ditahan
polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka.
Seperti diberitakan CNN, insiden naas itu terjadi pada Jumat waktu setempat setelah seorang dukun desa menuduh Dhegani Mahato, 40, sebagai penyihir. Mahato dituduh merapal mantera yang menewaskan seorang bocah yang tenggelam tahun lalu.
Petugas polisi Hira Mani Baral mengatakan, sepuluh kerabat bocah yang tewas lalu menghampiri kediaman Mahato. Kemudian, lanjut Baral, mereka memukuli wanita malang itu dengan kayu dan batu. Seorang pelaku kemudian menyiramkan minyak tanah ke tubuh Mahato dan membakarnya.
Peristiwa sadis itu dilakukan di depan putra Mahato yang berusia sembilan tahun. Tetangga yang menyaksikan tidak bisa melakukan apa-apa, dan menelepon polisi. Namun, Mahato telah tewas ketika polisi datang.
Sepuluh tersangka, termasuk di antaranya dua orang dukun, lima wanita dan seorang anak delapan tahun, saat ini ditahan oleh polisi. "Mereka yang ditahan telah mengaku bersalah dan akan didakwa atas tindak pembunuhan," kata Baral.
Desa Bagauda yang terletak sekitar 80 km dari ibukota Kathmandu, memang masih kental dengan kepercayaan mistis seperti halnya beberapa tempat di Nepal. Setiap tahunnya, ratusan wanita dari kasta rendah mengalami siksaan dan pembunuhan akibat dituduh sebagai penyihir.
Lembaga HAM Nepal mengatakan, berbagai kasus pembunuhan penyihir jarang yang ditangani serius oleh kepolisian setempat. Perdana Menteri Nepal, Baburam Bhattarai, menyerukan rakyatnya untuk tidak mendatangi dukun dan tabib. Untuk kedua orang anak Mahato, pemerintah akan memberikan kompensasi sebesar US$14.000.
Seperti diberitakan CNN, insiden naas itu terjadi pada Jumat waktu setempat setelah seorang dukun desa menuduh Dhegani Mahato, 40, sebagai penyihir. Mahato dituduh merapal mantera yang menewaskan seorang bocah yang tenggelam tahun lalu.
Petugas polisi Hira Mani Baral mengatakan, sepuluh kerabat bocah yang tewas lalu menghampiri kediaman Mahato. Kemudian, lanjut Baral, mereka memukuli wanita malang itu dengan kayu dan batu. Seorang pelaku kemudian menyiramkan minyak tanah ke tubuh Mahato dan membakarnya.
Peristiwa sadis itu dilakukan di depan putra Mahato yang berusia sembilan tahun. Tetangga yang menyaksikan tidak bisa melakukan apa-apa, dan menelepon polisi. Namun, Mahato telah tewas ketika polisi datang.
Sepuluh tersangka, termasuk di antaranya dua orang dukun, lima wanita dan seorang anak delapan tahun, saat ini ditahan oleh polisi. "Mereka yang ditahan telah mengaku bersalah dan akan didakwa atas tindak pembunuhan," kata Baral.
Desa Bagauda yang terletak sekitar 80 km dari ibukota Kathmandu, memang masih kental dengan kepercayaan mistis seperti halnya beberapa tempat di Nepal. Setiap tahunnya, ratusan wanita dari kasta rendah mengalami siksaan dan pembunuhan akibat dituduh sebagai penyihir.
Lembaga HAM Nepal mengatakan, berbagai kasus pembunuhan penyihir jarang yang ditangani serius oleh kepolisian setempat. Perdana Menteri Nepal, Baburam Bhattarai, menyerukan rakyatnya untuk tidak mendatangi dukun dan tabib. Untuk kedua orang anak Mahato, pemerintah akan memberikan kompensasi sebesar US$14.000.
Sumber : VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar