Awalnya Li dijanjikan sekolah. Namun, dokter itu akhirnya menjadikan Li pembantu.
Setelah diperiksa kurang lebih 5
jam, Li, 12, yang disiksa oleh orangtua angkatnya menjalani pemeriksaan
di Polda Metro Jaya. Menurut Kuasa hukum Li, Syafri Noer, pemeriksaan
kali ini masih sekitar tentang kronologis perlakukan orangtua angkatnya.
"Saat diperiksa, Li mengeluh kelelahan, itulah alasan mengapa Li baru kami hadirkan sekarang. Selain itu juga pemeriksaan terhadap anak-anak kan berbeda dengan wanita dewasa," ujar Syafri, di Jakarta, Jumat 20 Januari 2012.
Syafri menjelaskan, dalam pemeriksaan, Li hanya ditanya 20 pertanyaan. Pihaknya juga tidak membawa barang bukti khusus untuk ditunjukan kepada penyidik dalam pemeriksaan. Untuk visum sendiri sudah diserahkan kepada polisi.
Berdasarkan keterangan Li, hal yang sering dilakukan ibu angkatnya adalah memukul jika pekerjaan rumahnya tidak selesai, termasuk jika ditemukan ada lantai yang masih kotor.
"Aku awalnya dijanjiin sekolah, tetapi saat sampai rumah dan berjalan 7 bulan malah dijadiin pembantu. Disuruh menyapu, mengepel, menyuci, dan menyetrika pakaian. Kalau kurang bersih langsung di pukul dan ditendang," kata dia.
Saat Li meminta disekolahkan, ibu angkatnya malah marah dan mengungkapkan untuk tidak menagih hal itu kembali.
Terlihat muka Li ada beberapa luka lebam di bagian pipi dan ada semacam noda merah yang diketahui jika bekas noda tersebut berasal dari percikan minyak panas.
Li sudah mengalami kekerasan sejak kelas III SD. Sejak kecil, Li kerap disiksa bapak tirinya. Keberadaan ibu kandung Li tidak jelas, karena gemar berganti pasangan dan sempat menikah dengan tujuh pria.
Oleh ayah tirinya, Li sempat disiksa karena dianggap tidak becus mengurus adik-adiknya. Li dan kakak tirinya pun akhirnya melarikan diri bersama dari rumah mereka.
Namun dalam pelarian, sang kakak tak sanggup mengasuh Li sampai akhirnya ditinggalkan di panti asuhan di kawasan Tangerang. Li kemudian diadopsi seorang dokter yang memperlakukannya sama dengan ayah tirinya.
Sumber : VIVAnews
"Saat diperiksa, Li mengeluh kelelahan, itulah alasan mengapa Li baru kami hadirkan sekarang. Selain itu juga pemeriksaan terhadap anak-anak kan berbeda dengan wanita dewasa," ujar Syafri, di Jakarta, Jumat 20 Januari 2012.
Syafri menjelaskan, dalam pemeriksaan, Li hanya ditanya 20 pertanyaan. Pihaknya juga tidak membawa barang bukti khusus untuk ditunjukan kepada penyidik dalam pemeriksaan. Untuk visum sendiri sudah diserahkan kepada polisi.
Berdasarkan keterangan Li, hal yang sering dilakukan ibu angkatnya adalah memukul jika pekerjaan rumahnya tidak selesai, termasuk jika ditemukan ada lantai yang masih kotor.
"Aku awalnya dijanjiin sekolah, tetapi saat sampai rumah dan berjalan 7 bulan malah dijadiin pembantu. Disuruh menyapu, mengepel, menyuci, dan menyetrika pakaian. Kalau kurang bersih langsung di pukul dan ditendang," kata dia.
Saat Li meminta disekolahkan, ibu angkatnya malah marah dan mengungkapkan untuk tidak menagih hal itu kembali.
Terlihat muka Li ada beberapa luka lebam di bagian pipi dan ada semacam noda merah yang diketahui jika bekas noda tersebut berasal dari percikan minyak panas.
Li sudah mengalami kekerasan sejak kelas III SD. Sejak kecil, Li kerap disiksa bapak tirinya. Keberadaan ibu kandung Li tidak jelas, karena gemar berganti pasangan dan sempat menikah dengan tujuh pria.
Oleh ayah tirinya, Li sempat disiksa karena dianggap tidak becus mengurus adik-adiknya. Li dan kakak tirinya pun akhirnya melarikan diri bersama dari rumah mereka.
Namun dalam pelarian, sang kakak tak sanggup mengasuh Li sampai akhirnya ditinggalkan di panti asuhan di kawasan Tangerang. Li kemudian diadopsi seorang dokter yang memperlakukannya sama dengan ayah tirinya.
0 komentar:
Posting Komentar